Wednesday, February 21, 2007

Cinta Rasul

Dari Anas radhiallahu anhu , dari Nabi shallallahu alaihi wasalam , bahwasanya beliau shallallahu alaihi wasalam bersabda: "Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia."
(Muttafaq Alaih)
Saat ini, di tengah-tengah masyarakat sedang marak berbagai aktivitas yang mengatasnamakan cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam. Kecintaan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasalam adalah perintah agama. Tetapi untuk mengekspresikan cinta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasalam tidak boleh kita lakukan menurut selera dan hawa nafsu kita sendiri. Sebab jika cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam itu kita ekspresikan secara serampangan tanpa mengindahkan syari'at agama maka bukannya pahala yang kita terima, tetapi malahan menuai dosa.
Dengan mengacu pada hadits shahih di atas, mari kita membahas poin-poin berikut ini: Kewajiban cinta kepada Rasul shallallahu alaihi wasalam, kenapa harus cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam?, apa tanda-tanda cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam?, bagaimana agar mencintai Rasul shallallahu alaihi wasalam ?
1. Kewajiban Cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam
Hadits shahih di atas adalah dalil tentang wajibnya mencintai Nabi shallallahu alaihi wasalam dengan kualitas cinta tertinggi. Yakni kecintaan yang benar-benar melekat di hati yang mengalahkan kecintaan kita terhadap apapun dan siapapun di dunia ini. Bahkan meskipun terhadap orang-orang yang paling dekat dengan kita, seperti anak-anak dan ibu bapak kita. Bahkan cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam itu harus pula mengalahkan kecintaan kita terhadap diri kita sendiri.
Dalam Shahih Al-Bukhari diriwayatkan,
Umar bin Khathab radhiallahu anhu berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wasalam : "Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu selain diriku sendiri."
Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda, 'Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di TanganNya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri'.
Maka Umar berkata kepada beliau, 'Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.'
Maka Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda, 'Sekarang (telah sempurna kecintaanmu (imanmu) padaku) wahai Umar."
Karena itu, barangsiapa yang kecintaannya kepada Nabi shallallahu alaihi wasalam belum sampai pada tingkat ini maka belumlah sempurna imannya, dan ia belum bisa merasakan manisnya iman hakiki sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Anas radhiallahu anhu , dari Nabi shallallahu alaihi wasalam , beliau bersabda:
"Ada tiga perkara yang bila seseorang memilikinya, niscaya akan merasakan manisnya iman, 'Yaitu, kecintaannya pada Allah dan RasulNya lebih dari cintanya kepada selain keduanya......"
2. Kenapa Cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam ?
Tidak akan mencapai derajat kecintaan kepada Rasul shallallahu alaihi wasalam secara sempurna kecuali orang yang mengagungkan urusan din (agama)nya, yang keinginan utamanya adalah merealisasikan tujuan hidup, yakni beribadah kepada Allah Ta'ala. Dan selalu mengutamakan akhirat daripada dunia dan perhiasannya.
Cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam inilah dengan izin Allah menjadi sebab bagi kita mendapatkan hidayah (petunjuk) kepada agama yang lurus. Karena cinta Rasul pula, Allah menyelamatkan kita dari Neraka, serta dengan mengikuti beliau shallallahu alaihi wasalam kita akan mendapatkan keselamatan dan kemenangan di akhirat.
Adapun cinta keluarga, isteri dan anak-anak maka ini adalah jenis cinta duniawi. Sebab cinta itu lahir karena mereka memperoleh kasih sayang dan manfaat materi. Cinta itu akan sirna dengan sendirinya saat datangnya Hari Kiamat. Yakni hari di mana setiap orang berlari dari saudara, ibu, bapak, isteri dan anak-anaknya karena sibuk dengan urusannya sendiri. Dan barangsiapa lebih mengagungkan cinta dan hawa nafsunya kepada isteri, anak-anak dan harta benda duniawi maka cintanya ini akan bisa mengalahkan kecintaannya kepada para ahli agama, utamanya Rasul shallallahu alaihi wasalam .
3. Tanda-tanda Cinta Rasul shallallahu alaihi wasalam
Cinta Nabi shallallahu alaihi wasalam tidaklah berupa kecenderungan sentimentil dan romantisme pada saat-saat khusus, misalnya dengan peringatan-peringatan tertentu. Cinta itu haruslah benar-benar murni dari lubuk hati seorang mukmin dan senantiasa terpatri di hati. Sebab dengan cinta itulah hatinya menjadi hidup, melahirkan amal shalih dan menahan dirinya dari kejahatan dan dosa.
Adapun tanda-tanda cinta sejati kepada Rasul shallallahu alaihi wasalam adalah:
a. Mentaati beliau shallallahu alaihi wasalam dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Pecinta sejati Rasul shallallahu alaihi wasalam manakala mendengar Nabi shallallahu alaihi wasalam memerintahkan sesuatu akan segera menunaikannya. Ia tak akan meninggalkannya meskipun itu bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsunya. Ia juga tidak akan mendahulukan ketaatannya kepada isteri, anak, orang tua atau adat kaumnya. Sebab kecintaannya kepada Nabi shallallahu alaihi wasalam lebih dari segala-galanya. Dan memang, pecinta sejati akan patuh kepada yang dicintainya.
Adapun orang yang dengan mudah-nya menyalahi dan meninggalkan perintah-perintah Nabi shallallahu alaihi wasalam serta menerjang berbagai kemungkaran maka pada dasarnya dia jauh lebih mencintai dirinya sendiri. Sehingga kita saksikan dengan mudahnya ia meninggalkan shalat lima waktu, padahal Nabi shallallahu alaihi wasalam sangat meng-agungkan perkara shalat, hingga ia diwasiatkan pada detik-detik akhir sakaratul mautnya. Dan orang jenis ini, akan dengan ringan pula melakukan berbagai larangan agama lainnya. Na'udzubillah min dzalik.
b. Menolong dan mengagungkan beliau shallallahu alaihi wasalam . Dan ini telah dilakukan oleh para sahabat sesudah beliau wafat. Yakni dengan mensosialisasikan, menyebarkan dan mengagungkan sunnah-sunnahnya di tengah-tengah kehidupan umat manusia, betapapun tantangan dan resiko yang dihadapinya.
c. Tidak menerima sesuatupun perintah dan larangan kecuali melalui beliau shallallahu alaihi wasalam, rela dengan apa yang beliau tetapkan, serta tidak merasa sempit dada dengan sesuatu pun dari sunnah-nya . Adapun selain beliau, hingga para ulama dan shalihin maka mereka adalah pengikut Nabi shallallahu alaihi wasalam .Tidak seorang pun dari mereka boleh diterima perintah atau larangannya kecuali berdasarkan apa yang datang dari Nabi shallallahu alaihi wasalam
d. Mengikuti beliau shallallahu alaihi wasalam dalam segala halnya. Dalam hal shalat, wudhu, makan, tidur dsb. Juga berakhlak dengan akhlak beliau shallallahu alaihi wasalam dalam kasih sayangnya, rendah hatinya, kedermawanannya, kesabaran dan zuhudnya dsb.
e. Memperbanyak mengingat dan shalawat atas beliau shallallahu alaihi wasalam . Mengharapkan bisa mimpi melihat beliau, betapapun harga yang harus dibayar. Dalam hal shalawat Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda: "Barangsiapa bershalawat atasku sekali, niscaya Allah bershalawat atasnya sepuluh kali." (HR. Muslim).
Adapun bentuk shalawat atas Nabi shallallahu alaihi wasalam adalah sebagaimana yang beliau ajarkan. Salah seorang sahabat bertanya tentang bentuk shalawat tersebut, beliau menjawab: "Ucapkanlah: ( Ya Allah, bershalawatlah atas Muhammad dan keluarga Muhammad)." (HR. Al-Bukhari No. 6118, Muslim No. 858).
f. Mencintai orang-orang yang dicintai Nabi shallallahu alaihi wasalam . Seperti Abu Bakar, Umar, Aisyah, Ali radhiallahu anhum dan segenap orang-orang yang disebutkan hadits bahwa beliau shallallahu alaihi wasalam mencintai mereka. Kita harus mencintai orang yang dicintai beliau dan membenci orang yang dibenci beliau shallallahu alaihi wasalam . Lebih dari itu, hendaknya kita mencintai segala sesuatu yang dicintai Nabi, termasuk ucapan, perbuatan dan sesuatu lainnya.
4. Bagaimana Agar Mencintai Nabi shallallahu alaihi wasalam ?
a. Hendaknya kita ingat bahwa Nabi shallallahu alaihi wasalam adalah orang yang paling baik dan paling berjasa kepada kita, bahkan hingga dari orang tua kita sendiri. Beliaulah yang mengeluarkan kita dari kegelapan kepada cahaya, yang menyampaikan agama dan kebaikan kepada kita, yang memperingatkan kita dari kemungkaran. Dan kalau bukan karena rahmat Allah yang mengutus beliau shallallahu alaihi wasalam, tentu kita telah tenggelam dalam kesesatan.
b. Renungkanlah perjalanan hidup Nabi shallallahu alaihi wasalam , jihad dan kesabarannya serta apa yang beliau korbankan demi tegaknya agama ini, dalam menyebarkan tauhid serta memadamkan syirik, sungguh suatu upaya yang tidak bisa dijangkau oleh siapapun.
c. Renungkanlah keagungan akhlak Nabi shallallahu alaihi wasalam, sifat dan sikapnya yang sempurna, rendah hati kepada kaum mukminin dan keras terhadap orang-orang munafik dan musyrikin, pemberani, dermawan dan penyayang. Cukuplah sanjungan Allah atas beliau shallallahu alaihi wasalam : "Dan sungguh engkau memiliki akhlak yang agung".
d. Mengetahui kedudukan beliau shallallahu alaihi wasalam di sisi Allah Ta'ala. Beliau shallallahu alaihi wasalam adalah orang yang paling mulia di antara segenap umat manusia, penutup para Nabi, yang diistimewakan pada hari Kiamat atas segenap Nabi untuk memberikan syafa'at uzhma (agung), yang memiliki maqam mahmud (kedudukan terpuji), orang yang pertama kali membuka pintu Surga serta berbagai keutamaan beliau lainnya. .
(Disadur dari Abu Okasha)

Dzikir Dalam Kehidupan Seorang Muslim

Dzikir ialah : “menyebut Allah dengan membaca tasbieh (subhanallah), membaca tahlil (laa ilaaha illallah), membaca tahmied (alhamdulillah), membaca taqdies (quddusun), membaca takbir (allahu akbar), membaca hauqalah (laa haula wa laa quwwata illaa billah), membaca hasbalah (hasbiyallah), membaca basmalah (bismillahirrahmanirrahim), membaca Al-Qur’anul Majied dan membaca doa-doa yang matsur, yaitu doa-doa yang diterima dari nabi saw.” (Al-Adzkar, An-Nawawy)

Disebut juga dzikir perbuatan mengerjakan segala keta’atan. Lantaran itu, majelis-majelis yang diadakan untuk membahas dienullah, bisa juga dinamai majelis dzikir, sebagai yang telah ditegaskan oleh ‘Atha, ujarnya : “Majelis-majelis yang dibentuk untuk membahas soal halal dan soal haram, dipandang juga majelis dzikir (majelis menyebut Allah), karena majelis-majelis itu, memindahkan kita dari lalai lengah kepada insaf sadar.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar : “Juga dinamai dzikir (dipandang berdzikir), mengerjakan segala tugas agama yang diwajibkan Allah dan menjauhi segala larangan yang diperintahkan-Nya hamba supaya menjauhinya. Karena itu membaca Al-Qur’an, membaca hadist, mempelajari ilmu-ilmu agama, melaksanakan sholat tathawu, dinamakan juga dzikir.”

Ringkasnya, dzikir ialah mengingat dan mengenangkan nikmat Allah, adakalanya menyebut nama-Nya menurut kaifiyat (cara-cara) yang disyariatkan.

Kata al-Hafizh dalam Fathu’ Bari : Dzikir itu ialah : segala lafazh (ucapan) yang disukai para umat membacanya dan membanyakkan membacanya untuk menghasilkan jalan mengingat dan mengenang akan Allah, seperti lafazh-lafazh Al-Baqiyyatu ‘sshalihaah, yaitu : “subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaaha illallah wallaahu akbar.”

Dengan berdzikir banyak sekali keutamaan-keutamaan yang dapat kita peroleh. Di antaranya adalah :
1. Allah SWT akan mengingat dia dengan memberikan rahmat dan pengampunan (Al Baqarah : 125)
2. Allah SWT menyediakan baginya pengampunan dan pahala yang agung (Al Ahzaab 35)
3. Allah akan bersamanya.
Firman Allah dalam hadits Qudsi :" Aku terserah persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya (memberi rahmat dan membelanya) bila dia menyebut nama-Ku. Bila dia menyebut nama-Ku dalam dirinya, Aku menyebutnya pada diri-Ku. Bila dia menyebut nama-Ku dalam perkumpulan orang banyak, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih dari mereka. Bila dia mendekat kepada-Ku sejengkal (dengan melakukan amal shaleh atau berkata baik), maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Bila dia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Bila dia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat "
(Riwayat bukhori dan Muslim)
5. Amalan yang baik
Hadits :''Maukah kuberitahukan kepada kalian tentang amalan yang paling baik, paling suci dalam pandangan Tuhan kalian, mengangkat tinggi derajat orang-orang yang mengamalkannya, dan tak kalah bernilai daripada menafkahkan emas dan perak, bahkan tidak kalah utama dibanding bertemu dengan musuh di medan perang kemudian kalian saling berperang dan mati syahid? Para sahabat menjawab, ''Tentu, wahai Rasulullah! Kami sangat ingin diberi tahu.'' Nabi menjawab, ''Berzikirlah kepada Allah.'' (HR Tirmidzi, Ahmad, dan Hakim)

Dzikir juga amal yang paling mudah dilakukan, tetapi bukan berarti nilainya rendah di sisi Allah, bahkan sebagaimana disebut dalam hadis di atas, tidak kalah utama dibandingkan bersedekah dan berjihad. Selain itu, tidak sebagaimana amalan wajib, zikir tidak dibatasi jumlahnya. Kita bisa berzikir sebanyak-banyaknya selagi mampu (Al-Ahzab: 41).

Jadi alangkah baiknya kita mengajak diri kita untuk selalu berdzikir dalam kehidupan kita agar kita dapat memperoleh keutamaan-keutamaan berdzikir seperti yang tersebut di atas.
Amin.